JAKARTA -- Peran guru dalam mendidik muridnya jangan hanya terbatas pada mengajar. Guru saat ini harus mampu membangun karakter dan memupuk cita-cita murid, serta mengeksplorasi pendekatan personal kepada murid.
Pada akhirnya, guru yang berhasil adalah guru yang bisa membuat muridnya kompetitif dalam persaingan.
Demikian pokok-pokok pikiran Menkominfo, M Nuh, saat mengisi acara Corporate Social Responsibility (CSR) Telkom-Republika bersama sekitar 50 guru, Jumat (18/1) pagi. Dalam ceramah sekitar satu jam itu, Menkominfo berbagi pengalamannya mengajar, sewaktu ia masih menjadi rektor Institut Teknik Surabaya. Nuh lantas bercerita, kilas balik ke 1990. Saat itu ia ditunjuk memimpin politeknik elektronika ITS. ''Politeknik pada waktu itu ibaratnya diisi oleh mahasiswa residivis,'' katanya berkelakar.
Disebut residivis karena mahasiswa yang masuk politeknik adalah mahasiswa 'buangan' yang tidak lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Bahkan, yang sudah masuk politeknik pun di tahun kedua dan ketiga akan mencoba lagi tes UMPTN guna mengejar gelar sarjana. ''Mereka (mahasiswa) tidak punya percaya diri pada institusi tempatnya belajar. Ini tidak sehat,'' cetus Nuh. Politeknik memang hanya menghasilkan gelar setara diploma III. Untuk mengakalinya, Nuh lantas memprakarsai kontes pembuatan robot.
Asal mula ide kontes robot inipun ia lihat dari kesenjangan pengetahuan antara mahasiswa politeknik dan ITS. ''Anak politeknik biasanya jago di aplikasi, kalau anak universitasnya atau ITS-nya jago di teori dan teori saja, lemah di aplikasi,'' katanya mengenang. Hasilnya? Justru pemenang kontes robot itu berasal dari politeknik. Bahkan, di kemudian hari pemenang kontes robot ITS - politeknik juga menang kontes serupa di tingkat dunia. ''Tahun lalu mereka dapat juara II, kalah dari Cina, tapi unggul dari Korsel, Singapura, dan Taiwan,'' katanya bangga.
Otomatis prestasi ini meningkatkan percaya diri mahasiswa politeknik. Bahwa, mereka tidak selalu di bawah mahasiswa univesitas atau institut lainnya di Indonesia. Nuh lantas berpesan, salah satu tugas pokok guru adalah membentuk karakter muridnya. Tapi, sebelum membentuk karakter murid, sang guru pun harus berkarakter. Guru harus tetap optimistis di tengah berbagai persoalan yang membelit dirinya. ''Tumbuhkan pengharapan ke murid. Orang yang punya harapan akan muncul kreativitasnya. Setelah kreatif dia akan jadi inovatif. Inovatif ini adalah modal utama untuk meningkatkan produktivitas, yang artinya meningkatkan nilai kompetitif kita,'' paparnya.
Terakhir, Nuh berpesan agar guru saat ini harus mampu berpikir cepat. Itu dilakukan karena dalam era teknologi informasi ini segala hal termasuk ilmu pengetahuan bergerak sangat cepat. ''Guru yang pintar adalah guru yang cepat. Bukan fisiknya tapi pemikirannya. Bangun jejaring sesama guru,'' tandasnya.Sumber: REPUBLIKA, 19 Januari 2008, Hal: 2
21 Mei 2008
Guru Harus Mampu Bangun Karakter dan Cita-cita Murid
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Post a Comment