CSR Telkom-Republika
Gairah dan semangat baru memancar di wajah para guru peserta program corporate social responsibilty (CSR) Republika-Telkom. Inilah kegiatan yang digelar PT Telkom Indonesia dan harian Republika untuk para guru SD, SMP dan SMA.
Kali ini adalah kegiatan tahun ke-II angkatan ke-9 yang diselenggarakan akhir pekan lalu di Surabaya. Selama dua hari, 70 guru terbenam menyimak berbagai materi baru di bidang IT, proses kreatif, komunikasi efektif, dan sentuhan-sentuhan kepribadian. Inilah jumlah peserta guru terbanyak yang mengikuti acara CSR Telkom-Republika yang selama ini telah di gelar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Sementara pelatihan di Surabaya itu digelar Telkom dan Republika karena besarnya permintaan guru di Jatim.
Selama ini alumni Pelatihan Guru Telkom-Republika terus saling menjalin komunikasi. Dan interaksi itu ternyata tidak sebatas atas alumni namun meluas hingga komunitas guru di Jatim. Para guru mangaku sangat surprise atas pelatihan dengan materi berbobot namun mengajarkan nilai lain selain nilai akademis. Tak heran karena pembicaranya pelatihan Telkom-Republika adalah para tokoh nasional, bahkan penjabat negara hingga tingkat Menteri.Para guru yang berasal dari berbagai kota di Jatim, yakni Surabaya, Sidoarjo, Malang, Jombang, Mojokerto ini terlihat bersemangat selama menjalani pelatihan dan pendidikan program CSR Republika-Telkom bertajuk "Bangun Kecerdasan Bangsa. Bagimu Guru Kupersembahkan".
"Materi yang disajikan sesuai dengan tuntutan para guru. Sebab, kalau kami tak men-charge diri, maka pengetahuan kita akan digilas zaman. Ya... pengetahuan guru seperti cara bergaul, memahami perubahan budaya anak-anak hingga perkembangan IT sangat kita butuhkan di zaman yang bergerak serba cepat ini," ujar M. Ghofar, Wakil Kepala SMP Khotijah Surabaya yang mengaku puas dengan materi pelatihan dan pendidikan itu.Program CSR Republika-Telkom di Surabaya ini terbilang yang paling banyak pesertanya. Lazimnya, dalam tiap angkatan pelatihan dan pendidikan ini digelar, pesertanya dibatasi sebanyak 50 guru. Namun, untuk angkatan ke-9 yang digelar di Gedung Telkom Divre V Jatim di Surabaya ini, antusiasme pesertanya membludak.
"Kita memberi kesempatan kepada para guru untuk belajar IT di sini sampai benar-benar bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi. Kapan pun dan berapa pun pesertanya, silakan datang ke sini kalau ingin menambah ilmu tentang internet maupun masalah-masalah kemutakhiran IT," ujar Kadivre V Telkom Jatim, Mas'ud Hamid di hadapan para guru peserta CSR Republika-Telkom, Jumat (14/3).Bagi PT Telkom Divre V Jatim, pelatihan dan pendidikan untuk para guru di Jatim tak hanya dilakukan bersama harian umum Republika. Tapi, kata Mas'ud, pihaknya juga menjalin kerjasama dengan instansi terkait. "Ini semata karena kami ingin maju dan tumbuh bersama," kata dia memacu semangat para guru.
Tak hanya Mas'ud yang memberi peluang dan motivasi kepada para guru untuk berbenah menjadi lebih inovatif dan kreativ. Sejumlah motivator lain turut memompa semangat para guru di antaranya Direktur IT PT Telkom Indra Utoyo yang tampil mengurai Trend IT. Juga Menkominfo Muhammad Nuh yang selama dua jam memberikan materi tentang motivasi.Bahkan musisi handal Dwiki Darmawan turut memacu para guru untuk berkreasi dengan topik bahasan proses kreatif. Ada pula Josef Bataona, Direktur HRD PT Unilever Indonesia yang menjelaskan pentingnya komunikasi efektif. Para guru juga mendapat sentuhan materi tentang kepribadian menarik dari pakar kepribadian, Leila Mona Ganiem.Menkominfo Muhammad Nuh berpesan bahwa guru tidak boleh takabur. "Sebab kalau masih punya sifat takabur, maka tak akan bertambahlah ilmunya. Jadi, harus open mind sehingga akan bisa menyerap banyak ilmu," kata Muhammad Nuh.
Konsep syukur
Menkominfo juga mengajak para guru untuk bekerja dengan konsep syukur. Karena konsep bersyukur itu dipakai oleh para pemenang. "Ujung-ujungnya bersyukur adalah meminta pada Allah agar pekerjaan itu dimudahkan dan tidak disulitkan. Atau... gembirakanlah ya Allah dan jangan Engkau sedihkan," jelas dia.Pesan Menkominfo itu menyadarkan para guru untuk berbuat lebih baik dalam menjalankan tugasnya. "Kami harus banyak intropeksi dengan profesi guru. Insya Allah, dengan materi pendidikan yang kita dapatkan akan kita aplikasikan dan kita transfer pada anak didik kami," ujar Nur Arifin, guru SMAN 5 Surabaya.
Para guru, ternyata juga masih banyak yang mengakui kelemahannya dalam berkomunikasi dengan siswanya. Itu terungkap ketika Josef Batanoa meminta para guru menceritakan pengalamannya di sekolah."Saya pernah meminta siswa menulis dengan huruf kapital besar. Ternyata yang dia tangkap adalah membuat huruf besar tapi bukan kapital. Nah, inilah kelemahan komunikasi kami dalam mengajar. Ternyata yang kami komunikasikan kepada siswa, belum tentu bisa diterima baik oleh dia," ujar seorang guru dari Malang mengungkapkan ketidakefektifan dalam berkomunikasi.
Di bidang teknologi, peran pendidik saat ini sangat besar pengaruhnya dalam menyiapkan generasi baru mendatang. Sebab, kata Direktur IT PT Telkom Indra Utoyo, di era mendatang yang akan terjadi adalah eranya conceptual age, dimana adu konsep yang mengandalkan kreativitas dan empati."Itulah era kelengkapan intelektual secara utuh, sehingga kalau intelektual siswa saat ini tak terasah, maka dia tak akan mampu menghadapi era conceptual age. Tapi, meski begitu, di era itu nantinya masih ada sentuhan empatinya," ujar Indra.
Barkait conceptual age, menurut Indra, berbasis pada spritual based, knowledge based, creative based. Era itu terjadi setelah melewati era agriculture age, industrial age, information age.Penampilan Dwiki Dharmawan ternyata memukau para guru. Dwiki menegaskan, selama ini Krakatau Band yang dia tekuni, mengusung musik etnik yang dikolaborasi dengan improvisasi musik pop. Dia mengaku bahwa penjualan kasetnya di dalam negeri kurang diminati. Tapi, katanya, setelah dia memanfaatkan IT justru banyak peminat dari luar negeri.
Musik etnik yang banyak diangkat Krakatau Band, menurutnya, sebenarnya musik sederhana. "Jangan pernah takut berimprovisasi dengan bahan yang sederhana. Justru dengan bahan dasar yang sederhana itu bisa muncul produk baru yang lebih inovatif," pesannya pada peserta.Penyampaian Dwiki menyadarkan sejumlah guru bahwa untuk melahirkan proses kreatif tak perlu berangkat dari yang rumit. "Mas Dwiki sangat mempesona cara menjelaskan proses lahirnya kreativitas.
Saya tersadar, ternyata proses kreatif itu lahir di depan mata kita. Jadi untuk menciptakan kreativitas tak perlu mencari bahan yang sulit dan rumit-rumit. Kita olah yang ada di depan mata," ujar Munawir, peserta CSR yang juga guru SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. Acara CSR harian umum Republika-PT Telkom juga dihadiri oleh Kadivre PT Telkom Jatim Mas'ud Hamid, Direktur Marketing PT Republika Media Mandiri Nuky Surachmad, dan Direktur CSR Republika Nasihin Masha.Sumber: Republika, 17 Maret 2008, Hal 20
21 Mei 2008
Membentangkan Wawasan Baru Bagi Guru
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Post a Comment