21 April 2009

CSR Telkom-Republika Pencerahan Bagi Para Guru

Terkesan, terkesan dan terkesan! Satu kata itu diucapkan sampai tiga kali oleh Endang, guru SMA Negeri III Purwokerto, saat mengungkapkan isi hatinya pada acara penutupan pelaksanaan pelatihan guru 'Bagimu Guru Kupersembahkan', Sabtu (18/4). ''Sungguh, kegiatan pelatihan ini sangat berbeda dengan puluhan kegiatan pelatihan lainnya yang pernah saya ikuti. Pelatihan kali ini sangat menarik,'' jelasnya.

Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dari program kerjasama CSR (Corporate Social Responsibility) PT Telkom Indonesia Tbk dan Harian Republika ini diselenggarakan selama dua hari di Purwokerto, Jumat-Sabtu (17/4-18/4). Kegiatan pelatihan tersebut, diikuti sekitar 50 guru SD, SMP dan SMA yang berasal dari wilayah Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen).

Sebagaimana pelaksanaan sebelumnya, pelatihan guru yang diselenggarakan dalam program CSR PT Telkom Indonesia Tbk dan Harian Umum Republika kali ini menghadirkan sejumlah narasumber yang kompeten di bidangnya. Dari kalangan birokrat, menghadirkan bupati hingga menteri. Sedangkan dari kalangan praktisi, menghadirkan pakar kepribadian hingga pakar teknologi informasi (TI).

Dari birokrat, yang hadir adalah Bupati Banyumas Drs H Mardjoko MM, Wakil Gubernur Jateng Dra Hj Rustriningsih MSi dan juga Menteri Pertanian Dr Anton Apriantono. Sedangkan dari kalangan praktisi, menghadirkan pakar kepribadian Leila Mona Ganiem, budayawan Putu Wijaya, artis Shanaz Haque, pakar TI Saiful Hidayat yang juga berdinas di PT Telkom Indonesia Tbk, dan Wapemred Republika Nasihin Masha.

Hal serupa juga dikemukakan Lulu, guru SMA Negeri III Purwokerto. Dia mengaku sangat sedih ketika acara ini harus berakhir. ''Mestinya kegiatan seperti ini tak hanya berlangsung dua hari. Paling tidak tiga atau empat hari, sehingga kita semua bisa benar-benar merasa puas,'' jelasnya.

Dia juga berharap, bila pelatihan serupa diselenggarakan lagi di masa datang, agar bisa diikutsertakan lagi. Bahkan bila nantinya ada tindak lanjut kegiatan yang melibatkan alumni CSR PT Telkom dan Republika, dia juga minta agar bisa terus dilibatkan.

Lulu menyebutkan, berdasarkan pengalamannya mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, banyak hal yang membedakan kegiatan pelatihan CSR PT Telkom-Republika, dengan kegiatan pelatihan lain. Dalam pelatihan CSR ini, selain materi pelatihan yang disampaikan dan model penyampaian sangat menarik, narasumber yang dihadirkan juga benar-benar sangat kompeten. ''Setelah mengikuti pelatihan ini saya seperti mendapat pencerahan. Semua narasumber yang menyampaikan materi, seperti telah membuka mata-hati saya agar dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, bisa menjadi lebih baik,'' tuturnya.

Direktur Pelatihan CSR Republika, Nasihin Masha, menyebutkan kegiatan pelatihan para guru ini sudah digelar secara rutin di berbagai kota sejak tahun 2006. Pelatihan yang diselenggarakan di Purwokerto ini, merupakan pelatihan angkatan ke-9.

Nasihin juga mengaku, kegiatan pelatihan bagi guru SD, SMP, dan SMA ini, memang tidak diikuti peserta dalam jumlah besar. ''Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pelatihan menjadi lebih efektif, dan dapat diserap secara maksimal oleh peserta,'' jelasnya.

Kepala PT Telkom Purwokerto, Satibi, menyatakan dalam pelatihan ini pihak PT Telkom akan memberi pelatihan mengenai teknologi informasi. ''Melalui pelatihan ini, kita berharap pengetahuan guru tentang teknologi informasi dapat ditingkatkan. Misalnya, dalam bidang internet, jangan sampai gurunya nanti kalah dengan muridnya,'' katanya.

Perlu dibenahi
Sebagai mantan dosen yang pernah mengajar di Institut Pertanian Bogor selama puluhan tahun,

Dalam kesempatan itu Menteri Pertanian Anton Apriantono mengatakan kurikulum pendidikan di Indonesia perlu dibenahi. ''Kekeliruan kurikulum ini, tak hanya terjadi di tingkat pendidikan dasar dan menengah saja. Tapi juga kurikulum pendidikan tinggi,'' jelasnya.

Dari pengamatannya mengenai sistem pendidikan di negara-negara maju, dia menilai pendidikan di luar negeri justru cenderung lebih menekankan pada aspek attutide dan karakter. ''Masalah transfer ilmu pengetahuan justru diletakkan di bawah pendidikan mengenai karakter dan attitude ini,'' jelasnya.

Praktisi Leila Mona Ganiem memberikan pengetahuan tentang bagaimana seorang guru harus bersikap di depan murid-muridnya dan bagaimana cara proses belajar-mengajar yang efektif di dalam kelas.

Budayawan Putu Wijaya menyampaikan pengetahuan mengenai bagaimana sebuah proses kreatif bisa berlangsung, khususnya dalam kegiatan membuat karya sastra, seperti esai, cerpen, novel, atau puisi. Menurutnya, proses kratif dalam membuat karya satra tersebut, kebanyakan memang membutuhkan kesabaran.

Sedangkan Saiful Hidayat, dalam presentasinya menyampaikan materi pelatihan soal teknik-teknik membuat blog dan menggunakan facebook yang kini sedang populer di dunia maya. Intinya dia menyebutkan, interaksi personal di dunia maya melalui blog, facebook dan chating, tak ada bedanya dengan bergaul di dunia nyata. Wid/S.Riyanto

0 Comments: