"CSR Telkom-Republika"
Mengikuti pelatihan merupakan keharusan bagi profesi guru. Dan ternyata, tak sedikit dari mereka yang mengaku terpaksa menjalaninya karena merupakan kegiatan yang diwajibkan, bukan karena menariknya materi yang diberikan.
Tetapi lain dengan pelatihan guru yang diselenggarakan PT Telekomunikasi Indonesia tbk (Telkom) dan Harian Republika. Kegiatan yang merupakan program corporate social responsibility (CSR) ini justru selalu diikuti para guru dengan antusias dan kini telah menjadi kegiatan yang selalu ditunggu para guru di seluruh Indonesia.
Usai mengikuti pelatihan, selalu saja para guru mengaku mendapat materi yang selama ini mereka dambakan demi peningkatan kualitas dan keahliannya. Seperti yang diungkapan dua guru peserta pelatihan guru Telkom-Republika di Pekalongan ini, misalnya.
‘’Subhanallah.., Luar biasa! Pelatihan ini menginspirasi saya untuk lebih memperbaiki diri. Terima kasih Telkom-Republika,’’ kata Yossi, guru SMK NU Bandar, Pekalongan dengan wajah gembira. ‘’Saya senang sekali. Pelatihan seperti ini baru pertama kali saya ikuti,’’ kata Luluk, pengajar dan pemilik bimbingan belajar Albana Smart Wiradesa Pekalongan.
Kedua guru tersebut sebetulnya tidak terdaftar sebagai peserta pelatihan guru, karena ketika mendaftar sudah terlambat. Namun demikian mereka bersedia dan sangat berminat mengikuti pelatihan ini selama dua hari penuh walaupun tanpa fasilitas seperti yang diberikan kepada 52 peserta pelatihan lainnya. ‘’Yang penting saya mendapatkan ilmunya,’’ kata Yossi dan Luluk hampir bersamaan.
Pelatihan Guru Tahap II Angkatan ke-10 Program CSR Telkom-Republika; Bagimu Guru Kupersembahkan ini diselenggarakan selama dua hari (11-12 April) di Kandatel Pekalongan. Semua pesertanya selalu mengikuti pelatihan dengan antusias. Mereka tak ada yang bergeming dari tempat duduk saat para pengajar menyampaikan materinya. Apalagi banyak diantara para guru yang ternyata sebelumnya sudah mengidolakan beberapa pengajar, seperti Adi Sasono, Putu Wijaya dan Ahmad Tohari. Sehingga mereka mengaku mendapat kejutan dan sangat senang bisa bertatap muka dengan idolanya.
Pelatihan yang diselenggarakan di kota batik ini dibuka oleh orang Pekalongan yang kebetulan menjadi Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, A. Hakam Naja. Sedangkan sebagai pengajar adalah: Budayawan Putu Wijaya tentang Proses Kreatif, Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia dan Mantan Menteri Koperasi dan UKM, Adi Sasono.
Penulis Ahmad Tohari menyampaikan kuliah umum, Praktisi Pendidikan Leila Mona Ganiem tentang Kepribadian Menarik, Assistant Vice President IT (Information Technology) Service Stratefy Telkom, Syaiful Hidayat tentang Trend IT, Dirut PT Duta Cakrawala Komunika M. Gunawan Alif tentang Komunikasi Efektif dan Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha; tentang Penulisan Populer.
Hakam Naja dalam sambutannya mengatakan guru mempunyai tanggungjawab tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik. Guru bertanggungjawab untuk meningkatkan moral karena masalah moral menjadi problem. Selain itu,ia menambahkan, guru harus meningkatkan talenta, kemampuan dari semua aspek.Selain itu guru harus kompeten dan menjadi teladan.
Pada pelatihan ini budayawan Putu Wijaya menyampaikan berbagai cerita yang sangat menginsiprasi bagi guru. Hal tersebut juga dikemukakan oleh beberapa guru. ‘’Saya sangat tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Pak Putu.Karena apa yang disampaikan itu menarik, lain daripada yang lain dan belum pernah saya dapatkan,’’ kata salah seorang guru.
Dalam kesempatan ini Putu lebih banyak bercerita tentang isi novel yang ditulisnya dan bagaimana menjadi seorang guru yang kreatif. Menurut Putu, menjadi guru yang kreatif harus melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Dengan demikian ada proses kreatif yang harus kita bangkitkan, tuturnya.
Seorang guru adalah seorang teman bagi muridnya sebagaimana anaknya, yaitu sebagai teman berdebat, teman berbantah, dan lain-lain. Guru itu bukan seorang yang maha dewa, maha tahu dan maha diktator. Murid sekarang ini berbeda dengan murid dulu. Agar guru disukai oleh muridnya, harus menyediakan waktu untuk 30 anak seperti 30 kelas, karena setiap pribadi itu berbeda-beda. Sehingga untuk menghadapi muridnya tersebut perlu dilakukan tindakan yang kreatif, ungkapnya.
Sementara itu Ahmad Tohari mengatakan, baginya guru itu orang yang hebat tetapi kasihan. Ia mengungkapkan bahwa isterinya juga seorang guru. Dulu selama lima tahun hanya mendapatkan imbalan berupa beras, kemudian setelah mendapatkan gaji, ternyata gaji sebulannya jumlahnya lebih kecil daripada sekali honor penulisan.
Guru itu bertugas memperbaiki bangsa ini. Bangsa ini bangsa yang kurang cerdas sehingga bapak ibu guru yang punya peran mencerdaskan bangsa, kata penulis Ronggeng Dukuh Tarub ini. Menurutnya, cerdas itu adalah seperti yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad saw yakni yang paling banyak mengingat mati,sadar bahwa sesudah mati dirinya akan melewati tahap; dimana kita memenuhi kehidupan yang sebenarnya.
Ia mengungkapkan bangsa Indonesia mempunyai ciri yang menyedihkan yaitu:Pertama, bangsa yang menjadi sumber bahan material yang murah; Kedua, Menjadi sumber tenaga kerja yang bodoh dan murah; Ketiga, Menjadi pasar yang taat dan sangat kemaruk; Keempat, Menjadi tong sampah fisik dan non fisik.Kalau mau menjadi bangsa yang cerdas, hentikan keempat hal tersebut,kata Tohari. Karena itu, kata dia, guru punya tanggungjawab terhadap anak-anak supaya menjadi manusia Indonesia baru yang Palasarais, yang beriman.
Karena iman adalah kecerdasan masa depan. Mendidik anak-anak agar bekerja keras dan jangan suka menipu. Untuk itu, jangan biarkan anak punya kebiasaan menyontek, saran dia. Selanjutnya, Komisari Utama PT Republika Media Mandiri Adi Sasono mengatakan bahwa guru itu harus kreatif. Ia memberi contoh Bill Gates bukan anak orang kaya tetapi menjadi orang kaya di dunia. Karena dia kreatif, dia mempunyai imajinasi bagaimana mengembangkan usaha. Kemajuan itu bukan soal pintar dan bukan pintar, tetapi dia kreatif atau tidak.
Adi bercerita ketika menghadiri acara wisuda di Universitas Pelita Harapan,ada seorang pendeta yang pidato wisuda yang isinya antara lain bahwa di dunia ini yang memimpin bukan pecundang, melainkan orang yang kreatif. Ini suatu pergerakan baru yang menjelaskan tentang perubahan yang terjadi di dunia ini. Bayangkan saja kalau anda guru, mengajarnya dengan manual dan sama saja dari waktu ke waktu hasilnya macam apa, tanya kata Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia ini.
Pada saat sesi tanya jawab dengan Adi Sasono ada salah seorang guru yang mengungkapkan uneg-unegnya sebagai guru bahwa selama ini guru tidak kreatif karena dikebiri oleh tugas-tugas administrasi sekolah, dipenjara untuk membuat silabus persiapan, alat peraga, porto polio, dan lain-lain. Ini realitas yang dihadapi bersama, ungkap Arif, Guru SMP PGRI Gemuh Kendal ini.
Menurut dia, pedoman menjadi seorang guru yang kreatif adalah: Anda tidak mengajarkan apa yang anda katakan. Anda tidak mengajarkan apa yang anda inginkan. Anda hanya bisa mengajarkan apa yang anda kerjakan sendiri. Untuk itu guru tentu saja harus mau belajar tentang teknologi, guru harus belajar komputer, internet, karena itu faktor kunci.
Syaiful Hidayat sependapat dengan Adi. Ia mengatakan apabila guru sudah memahami tentang teknologi informasi termasuk komputer, internet, dia bisa meningkatkan merode pembelajaran pada anak didiknya. Hal ini akan mendorong murid untuk bisa tahu dan mendorong murid bisa lebih kreatif. Adi berharap para guru yang telah mengikuti pelatihan ini nantinya harus menjadi instruktur.
Namun sebelumnya, mereka dibekali tentang kewirausahan, metodologi, motivasi dan masalah teknis, menerbitkan buku-buku pedoman untuk menyamakan materi dan metodologi yang bisa digandakan. Kemudian minta dukungan ke Pemerintah Daerah masing-masing.
Apa Komentar Mereka....
KURNIAWAN Guru SD Islam Terpadu Al-Irsyad Purwokerto
Pelatihan guru seperti ini bagus sekali. Saya baru pertama kali ikut pelatihan yang seperti diselenggarakan oleh Republika-Telkom. Pelatihan ini memberi konsep inovatif, mengubah paradigma saya bagaimana menjadi seorang guru. Karena itu begitu kami mendengar akan diadakan pelatihan guru di Pekalongan saya langsung mendaftar ke Biro Yogya/Jateng. Waktu itu katanya sudah penuh karena pesertanya dibatasi 50 orang. Tetapi saya bersama kepala sekolah saya mendesak untuk ikut, karena pelatihan ini penting sekali bagi kami dan langka. Alhmdulillah pihak Republika menyetujui.
IFA M Guru SMPN 4 Gringsing Batang, Kendal
Saya mendapatkan informasi tentang pelatihan ini dari koran Republika, lalu saya mengajak teman satu sekolah untuk mendaftar. Alhamdulillah diterima. Saya tertarik untuk ikut pelatihan ini untuk menambah wawasan biar tidak kuper (red. kurang pergaulan). Apalagi di bidang teknologi; belum banyak yang menguasai.
Yang paling menarik bagi saya karena; banyak hubungannya dengan guru yaitu materi tentang kepribadian menarik yang disampaikan oleh Leila Mona Ganiem,bagaimana cara mengajar guru dan sikapnya supaya menarik, dan lain-lain.Harapan saya semoga ke depan masih ada pelatihan guru lagi khususnya untukwilayah Pekalongan dan sekitarnya, sehingga semakin banyak guru yang mendapatkan pencerahan.
ARIF ARIWOBOWO Guru SMP PGRI Gemuh Kendal
Saya sering beli koran Republika.Sehingga ketika membaca tentang adanya pelatihan guru saya ingin mengikutinya. Saya pernah tahu ketika ada pelatihan guru di Bandung, tetapi saya tidak bisa hadir dan kebetulan ada pelatihan di wilayah Pekalongan, sehingga saya langsung mendaftar.
Saya tertarik mengikuti pelatihan ini karena tokoh-tokoh yang hadir dan memberikan materi dalam pelatihan ini membuat paradigma baru. Sementara saya sebagai guru sering terbentur pada berbagai permasalahannya dan sering kali buntu, tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Saya berpikir dengan pelatihan ini ada pencerahan buat pendidikan ke depan.
Saya berharap dalam pelatihan ini ada pemateri yang berasal dari seorang politisi dan tokoh pendidikan sebagai nara sumber, sehingga bisa sebagai pencerahan ke depan. Karena dengan cara seperti ini sebagai guru bisa menyampaikan permasalahannya secara lugas.
BUDI HARTATI Guru SMAN 2 Pekalongan
Sejak ada Pelatihan Guru Angkatan Pertama yang diselenggarakan CSR Republika-Telkom saya ingin ikut. Saya ingin mendapatkan motivasi untuk maju. Seandainya seluruh guru bisa mengalami seperti ini alangkah bagusnya. Insya Allah akan saya sampaikan kepada teman-teman guru untuk memotivasi anak mengingat tantangan hidup anak menuju ke depan jauh lebih berat daripada sekarang.
Dalam pelatihan ini banyak hal baru yang saya dapatkan dari materi yang berbeda-beda seperti harus berpikir positif dan segalanya bisa terselesaikan dan harus mulai dari diri sendiri. Semua yang disampaikan pemateri menarik karena pelatihan ini lain daripada yang lain. Sumber: Republika, 14 April 2008, Hal 20
21 Mei 2008
Guru tak Saja Harus Pandai Tetapi Juga Kreatif
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Post a Comment