Para guru harus melek teknologi. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, para guru harus menguasai teknologi agar tidak mudah dicurangi oleh muridnya sendiri. "Umumnya murid-murid sudah semakin canggih menggunakan teknologi. Bahkan, para murid justru memiliki alat komunikasi yang lebih canggih ketimbang sang guru," tegas Tifatul Sembiring saat memberikan materi pada pelatihan guru bertajuk Bagimu Guru Kupersembahkan, di Jakarta, Sabtu (7/11).
Acara pelatihan guru yang dipersembahkan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) bekerjasama dengan harian Republika itu merupakan Pelatihan Guru Tahap IV Angkatan 1. Acara pelatihan tersebut digelar selama dua hari, 6-7 November 2009, bertempat di Telkom STO Gambir, Jakarta. Sejumlah nama beken berbagi ilmu dan informasi pada pelatihan tersebut, antara lain Josef Bataona, Komang B Aryasa, Dwiki Darmawan dan Leila Mona Ganiem.
Menurut Tifatul, ketidaktahuan guru akan kemajuan teknologi membuat para murid gampang mencontek dalam ujian. Mereka juga mudah teralihkan perhatiannya dari materi pelajaran yang disampaikan akibat asyik berselancar di internet lewat handphone mereka. "Ini sangat mengkhawatirkan," tuturnya.
Tifatul menyayangkan, hingga kini masih ada guru yang memusuhi teknologi. "Paradigma semacam itu tidak bisa lagi diterapkan," ujarnya.
Ia menegaskan, mau tidak mau para guru harus mengetahui dan mempelajari kemajuan teknologi yang ada. "Setidaknya yang kerap digunakan oleh para murid," tuturnya.
Menurut Manager Content & Apllication Business Unit PT Telekomunikasi Indonesia, Komang B Aryasa, 45 persen remaja di Indonesia menghabiskan sebagian besar waktunya di depan komputer untuk berselancar di internet. Indonesia saat ini bahkan berada pada urutan kelima di Asia, sebagai negara yang penetrasi internetnya cukup besar. "Sekitar 25 juta orang Indonesia saat ini melek internet," tuturnya.
Hal inilah yang membuat para guru tidak lagi bisa tidak peduli akan perkembangan teknologi terutama internet. Menurut Tifatul, bila para guru tidak bisa menguasai internet, bagaimana mungkin mereka bisa mengawasi dampak yang disebabkan oleh internet.
"Internet itu seperti pisau bermata dua," tuturnya. Hasil kemajuan peradaban manusia tersebut bisa sangat bermanfaat, namun bisa pula memberikan masalah yang cukup besar.
Salah satu hal yang sangat dicemaskan akibat kehadiran internet adalah kemudahan akses terhadap konten pornografi. "Saya juga malu, Indonesia termasuk ke dalam pengakses situs porno terbesar di dunia," ujarnya. Oleh karena itu, kata Tifatul, departemen yang dipimpinnya saat ini menggiatkan program internet sehat. "Sosialisasi menggunakan internet secara sehat terus digalakkan terutama kepada para pelajar," tuturnya. Menurutnya, Depkominfo juga melakukan pendekatan dengan sejumlah warnet untuk menghindarkan para penyewa internet yang umumnya para remaja, mengakses situs porno.
Tifatul juga menyatakan bahwa pendidikan teknologi informasi terhadap para guru harus terus digalakkan. Hal ini juga dilaksanakan untuk meningkatkan kemajuan e-learning di Indonesia. "Pelatihan komputer dan internet bagi para guru memang masih sangat minim," ujarnya.
Hal ini sangat berbeda dengan pelatihan teknologi informasi yang melibatkan para pelajar. Menurutnya, Depkominfo saja sudah memberikan pelatihan semacam itu kepada 400.000 orang siswa.
Oleh karena itulah, dia sangat menghargai upaya Telkom dan Republika menggelar pelatihan Bagimu Guru Kepersembahkan. Program tersebut digagas oleh kedua lembaga itu sebagai program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka.
SIAP Online
Demi mempermudah tugas guru, Telkom telah meluncurkan software lokal bertajuk SIAP Online. Menurut Komang, software tersebut dapat memperbaiki manajemen pendidikan yang sering carut-marut. Data-data mengenai siswa, guru, dan beragam informasi bisa diinput dengan mudah, termasuk modul dan kebijakan pemerintah tentang pendidikan.
Software ini bisa membantu para guru dalam memantau prestasi akademik, absensi, dan aktivitas para siswa. Selain itu guru juga bisa memantau aktivitas akademik para muridnya. Antara lain memberikan penilaian akademik secara online, mengakses materi belajar kapan saja, dan memberikan tugas lewat dunia maya. "Para guru juga bisa melaporkan perkembangan akademik siswa baik kepada orang tua atau kepala sekolah," tuturnya.
Saat ini, SIAP Online telah digunakan di 11 dinas pendidikan kota/kabupaten dan satu dinas pendidikan provinsi. Totalnya 1.041 sekolah, meliputi 156.000 siswa. "Hingga kini, masih berlangsung proses registrasi sekolah-sekolah dan dinas pendidikan kota/kabupaten lainnya," papar Komang. c09/S.Riyanto
09 November 2009
Guru Harus Melek Teknologi
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Post a Comment