18 Januari 2010

Sinergi Dunia Pendidikan dan CSR

Gaung kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) tidak hanya ramai di kalangan perusahaan saja. Kampus sebagai institusi pendidikan pun tidak ingin ketinggalan berpartisipasi. Bahkan, bisa dikatakan peran kampus dalam menjalankan kegiatan CSR jauh lebih lama ketimbang perusahaan.

Pasalnya, tidak seperti perusahaan yang relatif baru, pihak akademisi telah menyadari pentingnya CSR sejak lama. Ini tercermin dari isi Tridarma Perguruan Tinggi yang menjadi urat nadi berdirinya sebuah kampus. Dari tiga darma tersebut, pengabdian masyarakat menjadi fungsi ketiga setelah pendidikan dan penelitian.

Sifat kegiatannya pun sedikit berbeda. Di dunia pendidikan, kegiatan CSR tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan masyarakat. Namun juga berfungsi sebagai laboratorium hidup untuk mengaplikasikan berbagai macam teori yang ada di berbagai buku teks.

"Melalui berbagai kegiatan CSR yang kami lakukan, kami ingin melihat bagaimana kaitan fakta yang ada di lapangan dengan disiplin ilmu yang dipelajari di kampus," ujar Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Universitas Indonusa Esa Unggul (UIEU), Holiq Raus.

Tak heran jika dalam setiap kegiatan CSR-nya, UIEU selalu melibatkan peran mahasiswa. Menurut Holiq, di program CSR yang saat ini sedang berjalan, peran mahasiswa masih dalam tahap pendamping. Namun nantinya, peran tersebut akan terus ditingkatkan hingga mereka terlibat aktif, yakni ikut membina program CSR kampus.

Kegiatan CSR tersebut antara lain berupa program pendampingan daerah binaan. Ada dua wilayah yang menjadi binaan UIEU, yakni wilayah kolong jalan tol di Penjaringan, Jakarta Utara dan wilayah dekat Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.

Holiq menggambarkan, untuk wilayah kolong jalan tol, kegiatannya lebih ditekankan kepada penataan kolong tol berbasis komunitas. Yaitu, melakukan berbagai kegiatan tatakota untuk menjadikan kolong tol sebagai ruang publik. Seperti taman bacaan, sekolah anak jalanan, dan sebagainya. "Kami ingin menjadikan kolong jalan tol sebagai ruang publik yang dapat dimafaatkan sesuai dengan aturan yang berlaku," katanya.

Bentuk lain CSR UIEU adalah pemberian beasiswa. Beasiswa yang diberikan beragam. Mulai dari beasiswa untuk mahasiswa berprestasi namun memiliki kesulitan finansial, beasiswa untuk masyarakat yang berasal dari wilayah Indonesia Timur, beasiswa untuk guru, polisi, tentara, pegawai negeri beserta keluarganya, hingga program beasiswa penuh untuk siswa berprestasi.

Pemberian beasiswa sebagai kegiatan CSR juga dilakukan Universitas Bakrie (UB). Rektor UB, Anon Kuswardono menjelaskan, UB lebih memilih menyediakan beasiswa untuk meringankan beban mahasiswa yang berkuliah di UB. Tujuannya bisa dikatakan tidak murni CSR. Yakni untuk membentuk sebuah komunitas unggulan yang nantinya menjadikan UB sebagai kampus berkualitas. Beasiswa yang ditawarkan cukup menggoda. Yakni, bebas biaya pendidikan dan buku selama empat tahun.

UB mencoba mewujudkan komunitas unggulan tersebut dengan menetapkan standar penerimaan mahasiswa baru yang cukup tinggi, khususnya penerima beasiswa. Untuk dapat diterima, calon mahasiswa harus melalui serangkaian tes. Mulai dari melalui tes matematika, bahasa Inggris, tes potensi akademik, dan psikotes. Peserta tesnya pun menjangkau seluruh Nusantara. Sebagai gambaran, dari 10 ribu peserta tes, hanya 400 yang dinilai memenuhi standar BSM.

Tidak hanya itu, komposisi mahasiswa pun lebih didominasi oleh penerima beasiswa. Jumlahnya mencapai dua per tiga dari keseluruhan mahasiswa. "Bahkan, saat ini komposisinya telah mencapai 70 persen. Berarti lebih dari dua per tiga jumlah mahasiswa," papar Anon.

Anon juga mengutarakan, nantinya dalam jangka panjang secara perlahan porsi beasiswa yang diberikan akan dikurangi hingga mencapai 50 persen. Alasannya, ini sejalan dengan kualitas UB yang sudah semakin dikenal luas masyarakat.

Kampus lain yang juga giat menyelenggarakan kegiatan CSR adalah Stikom London School of Public Relations (LSPR). Media Relations Coordinator LSPR, Rizka Septiana menjelaskan, pelaksanaan CSR di LSPR tidak sekadar untuk memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar. Namun juga sebagai bahan pembelajaran kepada para mahasiswanya.

"Melalui kegiatan CSR kami ingin mengajarkan kepada mahasiswa untuk peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Jadi, mereka tidak hanya fokus ke sekolah saja," ujar Rizka.

Harapan ini pun mendapat sambutan dari pihak mahasiswa. Ini terlihat dari lahirnya beberapa klub kampus yang memiliki tujuan untuk membantu masyarakat dan lingkungan. Antara lain, ADSA yang peduli terhadap masalah AIDS, 4C yang peduli terhadap isu lingkungan, dan Community Relation yang peduli terhadap hubungan dengan komunitas sekitar.

"Melihat insiatif ini, kampus pun memberikan dukungan dengan menggabungkan seluruh klub tersebut ke dalam LSPR Care. Melalui LSPR Care, kampus menyinambungkan kegiatan klub tersebut dengan berbagai kegiatan CSR yang dimiliki," tambahnya.

Salah satu kegiatan CSR yang dilakukan LSPR adalah LSPR Peduli Remaja. Yaitu program pemberian berbagai macam pelatihan dasar yang terkait dengan ilmu komunikasi kepada siswa sekolah di Jakarta yang dinilai kurang mampu. Seperti pelatihan bahasa Inggris, jurnalistik, radio, televisi, dan sebagainya.

Rizka menjelaskan, kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri para siswa. Namun juga untuk membuka wawasan dan wacana baru kepada para siswa mengenai dunia pekerjaan di bidang komunikasi.

Autis juga menjadi salah satu fokus kegiatan CSR LSPR. Kampus ini menaruh perhatian khusus kepada autis karena penyandangnya memiliki kesulitan untuk berkomunikasi, baik verbal mau pun non-verbal.

"Sebagai kampus komunikasi, kami merasa bertanggung jawab terhadap hal ini. Makanya, kami pun berniat untuk membantu para penyandang autis yang ada di Indonesia," ujar Rizka.

Berbagai kegiatan pun digelar untuk memberikan pemahaman mengenai penyakit ini kepada masyarakat. Sehingga diharapkan, imej penyandang autis yang selama ini dikatakan sebagai abnormal atau terbelakang dapat hilang.

"Penyandang autis memiliki banyak hal yang tidak dipunyai oleh manusia pada umumnya. Hal ini yang tidak diketahui oleh masyarakat banyak,'' tambahnya. n, ed: kelana/S.Riyanto

0 Comments: